Belenggu Maskulinitas dalam Kultur Matrilineal Minangkabau: Ambivalensi Sitti Nurbaya dan Beberapa Citra Kolosal Gender pada Roman Marah Roesli

Authors

  • Moh Atikurrahman UIN Sunan Ampel Surabaya
  • Wahidah Zein Br Siregar UIN Sunan Ampel Surabaya
  • Shabrina An Adzhani UIN Raden Mas Said Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.15642/suluk.2022.4.2.94-104

Keywords:

Sitti Nurbaya, Marah Roesli, Feminitas, Matrilineal

Abstract

Meskipun Marah Roesli menempatkan perempuan sebagai sorot utama karya gubahannya, namun tampilan judul roman belum cukup sugestif untuk memuaskan horison harapan pembaca berlensa feminis mengenai kode-kode gender dalam Sitti Nurbaya (1920). Sebaliknya, keberadaan protagonis perempuan dalam roman justru tampak problematis. Pertama, Sitti Nurbaya tidak dilihat dari kacamata seorang perempuan (pengarangnya laki-laki). Kedua, protagonis perempuan justru ditempatkan sebagai gravitasi konflik maskulin yang menyebabkan Samsulbahri dan Datuk Meringgih berseteru. Tulisan ini mengetengahkan pelbagai citra feminitas yang dinarasikan melalui tokoh-tokoh feminin dalam roman Marah Roesli. Tidak hanya berfokus pada sosok Sitti Nurbaya, sosok seperti Putri Rabiah, Sitti Fatimah, dan Sitti Alimah justru menawarkan citra keperempuanan yang lebih menarik dan mengesankan. Putri Rabiah mewakili gambaran perempuan Minangkabau yang diberkati kultur matrilinel yang menempatkan perempuan sebagai poros sosial, ekonomi, budaya Minangkabau. Sedangkan Sitti Fatimah dan Sitti Alimah merepresentasikan citra kosmopolit dan radikal dari lingkungan keluarga saudagar Melayu di awal kemodernan Melayu.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ariani, I. (2015). Nilai Filosofis Budaya Matrilineal Di Minangkabau (Relevansinya Bagi Pengembangan Hak-Hak Perempuan Di Indonesia). Jurnal Filsafat, 25(1), 32–55. https://doi.org/10.22146/jf.12613

Arimbi, D. A. (2014). Finding Feminist Literary Reading: Portrayals Of Women In The 1920s Indonesian Literary Writings. ATAVISME, 17(2), 148–162. https://doi.org/10.24257/atavisme.v17i2.5.148-162

Atikurrahman, M., Ilma, A. A., Dharma, L. A., Affanda, A. R., Ajizah, I., & Firdaus, R. (2021). Sejarah Pemberontakan dalam Tiga Bab: Modernitas, Belasting, dan Kolonialisme dalam Sitti Nurbaya. SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 3(1). https://doi.org/10.15642/suluk.2021.3.1.1-22

Dhewy, A. (2014, April 8). Siti Nurbaya dan Harkat Perempuan. Retrieved August 11, 2021, from Jurnal Perempuan website: https://www.jurnalperempuan.org/membaca-siti-nurbaya-lewat-kacamata-pascakolonial-dan-feminis.html

Faruk, F. (2002). Novel-Novel Indonesia Tradisi Balai Pustaka 1920-1942. Yogyakarta: Gama Media.

Faruk, F. (2012). Novel Indonesia, Kolonialisme, dan Ideologi Emansipatoris. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Foulcher, K. (2008). Larut di Tempat yang Belum Terbentuk: Mimikri dan Ambivalensi dalam “Sitti Noerbaja” Marah Roesli. In K. Foulcher, T. Day, & K. S. Toer (Eds.), Sastra Indonesia Modern: Kritik Postkolonial (Rev Clearing a Space). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Johns, A. H. (1959). The Novel as a Guide to Indonesian Social History. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde, 115(3), 232–248. https://doi.org/10.1163/22134379-90002236

Kartodirjo, S. (1993). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium (Vol. 1). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Labrousse, P. (1982). Le Tombeau de “Sitti Nurbaya”. Essai de lecture sociale. Archipel, 23(1). https://doi.org/10.3406/arch.1982.1731

Lombard, D. (2005). Nusa Jawa Silang Budaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pane, A. (2000). Mengapa Pengarang Modern Soeka Mematikan. In E. U. Kratz (Ed.), Sumber Terpilih: Sejarah Sastra Indonesia Abad XX (Pertama, pp. 104–113). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Ricklefs, M. C. (2011). Sejarah Indonesia Modern (D. Hardjowidjono, Ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Roesli, M. (2011). Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) (Empat Puluh Tujuh). Jakarta: Balai Pustaka.

Sastrowardoyo, S. (1983). Sastra Hindia Belanda dan Kita. Jakarta: Balai Pustaka.

Setiadi, H. F. (1991). Kolonialisme dan Budaya: Balai Poestaka di Hindia Belanda. Jurnal Prisma, 10(Peralihan Budaya Mencipta Makna), 23–46. Retrieved from http://hilmarfarid.id/kolonialisme-dan-budaya-balai-poestaka-di-hindia-belanda/

Stark, A., & Huszka, B. (2022). 100 Years Sitti Nurbaya: A View on the Social Criticism in the Novel Sitti Nurbaya. Asian Culture and History, 14(1), 67. https://doi.org/10.5539/ach.v14n1p67

Suryakusuma, J. I. (1991). Konstruksi Sosial Seksualitas: Sebuah Pengantar Teoritis. Prisma, 7(Seks dalam Jaring Kekuasaan), 3–14.

Teeuw, A. (1967). Modern Indonesian Literature. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-94-015-0768-4

Tickell, P. (2008). Cinta di Masa Kolonialisme: Ras dan Percintaan dalam Sebuah Novel Indonesia Awal. In K. Foulcher, T. Day, & K. S. Toer (Eds.), Sastra Indonesia Modern: Kritik Postkolonial (Rev Clearing a Space). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Wiyatmi, W. (2010). Citraan Perlawanan Simbolis Terhadap Hegemoni Patriarki Melalui Pendidikan dan Peran Perempuan di Arena Publik dalam Novel-Novel Indonesia. ATAVISME. https://doi.org/10.24257/atavisme.v13i2.135.243-256

Published

2023-02-10

How to Cite

Atikurrahman, M., Siregar, W. Z. B., & An Adzhani, S. (2023). Belenggu Maskulinitas dalam Kultur Matrilineal Minangkabau: Ambivalensi Sitti Nurbaya dan Beberapa Citra Kolosal Gender pada Roman Marah Roesli. SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 4(2), 94–104. https://doi.org/10.15642/suluk.2022.4.2.94-104

Issue

Section

Articles