Perlawanan Tak Kunjung Padam: Adat, Agama, dan Resistensi Terhadap Kolonial dalam Sitti Nurbaya

Authors

  • Fatimatuz Zuhroh UIN Sunan Ampel Surabaya
  • Annisa Qurrotun Nada UIN Sunan Ampel Surabaya
  • Firda Ulfi Taufiqoh UIN Sunan Ampel Surabaya
  • Siti Khumairotul Lutfiyah UIN Sunan Ampel Surabaya
  • Siti Asmaul Husna UIN Sunan Ampel Surabaya
  • Muhammad Khodafi UIN Sunan Ampel Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.15642/suluk.2022.4.2.80-93

Keywords:

Resistensi, Cultuurstelsel, Minangkabau, Kolonial Belanda, Sitti Nurbaya

Abstract

Kebijakan belasting di luar Jawa muncul sebagai akibat tidak langsung penghentian praktik culturstelsel yang memberikan banyak keuntungan pada pihak pemerintah kolonial. Dalam konteks Minangkabau kewajiban pajak perorangan itu bertentangan dengan isi perjanjian Plakat Pajang yang mengikat antara pihak Belanda dengan masyarakat Minangkabau. Tak ayal kebijakan itu memicu gelombang perlawanan rakyat Minangkabau. Resistensi masyarakat setempat lantas memuncak pada sebuah peristiwa akbar yang dalam sejarah sosial dikenal sebagai Perang Kamang (1908). Kronik tentang penolakan pajak tersebut tidak hanya terekam dalam dokumen sejarah formal, dalam roman Sitti Nurbaya (1922) Marah Roesli menjadikan heroisme masyarakat Minangkabau sebagai latar melodrama yang melibatkan Samsul Bahri dan Datuk Meringgih dalam sebuah pertikaian. Artikel ini membahas genealogi radikalisme masyarakat Minangkabau sejak abad XIX hingga awal abad XX, muasal resistensi sebagaimana digambarkan dalam narasi roman Sitti Nurbaya, serta bentuk resistensi masyarakat setempat menghadapi kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Dalam tulisan roman gubahan Marah Roesli ditempatkan sebagai objek telaah dengan maksud hendak mendeskripsikan kondisi masyarakat Melayu kala itu serta resistensi rakyat Minangkabau terhadap kolonial Belanda. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan pendekatan New Historism. Hasil kajian ini mencakup tiga hal, yakni munculnya radikalisme masyarakat Minangkabau (gerakan Paderi) merupakan imbas dikenalnya Minangkabau sebagai poros pembaharuan Islam yang melahirkan tokoh-tokoh ulama terkemuka; penyebab resistensi masyarakat Minangkabau dalam Sitti Nurbaya yang berkenaan dengan perjanjian Plakat Pajang pasca tumbangnya pertahanan Paderi; dan resistensi masyarakat Minangkabau terhadap pemerintah kolonial ditemukan dalam bentuk resistensi senjata dan nonsenjata (verbal) sebagai bentuk pertahanan identitas budaya dan bangsa mereka.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Alfaqi, M. Z. (2015). Memahami Indonesia Melalui Prespektif Nasionalisme, Politik Identitas, Serta Solidaritas. Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 28(2).

Arimbi, D. A. (2014). Finding Feminist Literary Reading: Portrayals Of Women In The 1920s Indonesian Literary Writings. ATAVISME, 17(2), 148–162. https://doi.org/10.24257/atavisme.v17i2.5.148-162

Artika, I. W. (2015). Teori dalam pengajaran sastra. Prasi, 10(19).

Ashcroft, B., Griffiths, G., & Tiffin, H. (2013). Post-colonial studies: The key concepts. In Post-Colonial Studies: The Key Concepts. https://doi.org/10.4324/978023777855

Atikurrahman, M., & Ilma, A. A. (2021). Talkin Kematian Romantik Yang Berulang: Max Havelaar, Sitti Nurbaya, dan Kolonialisme. In E. Saparudin (Ed.), Manis Tapi Tragis: Kisah Saijah-Adinda dalam Max Havelaar (pp. 176–193). Retrieved from http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1742/

Atikurrahman, M., Ilma, A. A., Dharma, L. A., Affanda, A. R., Ajizah, I., & Firdaus, R. (2021). Sejarah Pemberontakan dalam Tiga Bab: Modernitas, Belasting, dan Kolonialisme dalam Sitti Nurbaya. SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 3(1). https://doi.org/10.15642/suluk.2021.3.1.1-22

Aveling, H. G. (1970). “Sitti Nurbaja”: Some Reconsiderations. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde, 126(2).

Bhabha, H. K. (1994). The Location of Culture. London: Routledge.

Dapit, A., Waluyo, P., & Trisari, A. (2020). Resistensi dalam Novel Hulubalang Raja Karya Nur Sutan Iskandar: Kajian Poskolonial. Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya Indonesia, 2(2). https://doi.org/10.33751/jsalaka.v2i2.2485

Darwis, Y. (2013). Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau (1859-1945). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Faruk, F. (1986). Novel Sejarah dalam Sastra Indonesia Modern. Retrieved from https://drive.google.com/file/d/155COnPHddX5qkhuN7hebzFyiOKt1u3_q/view

Foulcher, K. (2008). Larut di Tempat yang Belum Terbentuk: Mimikri dan Ambivalensi dalam “Sitti Noerbaja” Marah Roesli. In K. Foulcher, T. Day, & K. S. Toer (Eds.), Sastra Indonesia Modern: Kritik Postkolonial (Rev Clearing a Space). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Graves, E. E. (2007). Asal Usul Elite Minangkabau Modern Respon Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hall, K. R., & Reid, A. (1994). Southeast Asia in the Early Modern Era: Trade, Power, and Belief. Journal of the Economic and Social History of the Orient, 37(3). https://doi.org/10.2307/3632261

Hartono, H. (2015). Mimikri Pribumi Terhadap Kolonialisme Belanda Dalam Novel Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli (Kajian Postkolonialisme). Diksi, 12(2). https://doi.org/10.21831/diksi.v12i2.5267

Hefner, R. W. (2017). Introduction Multiculturalism and Citizenship in Malaysia, Singapore, and Indonesia. In The Politics of Multiculturalism (pp. 1–58). https://doi.org/10.1515/9780824864965-002

Jedamski, D. (1992). Balai Pustaka : A Colonial Wolf in Sheep’s Clothing. Archipel, 44(1). https://doi.org/10.3406/arch.1992.2848

Johns, A. H. (1959). The Novel as a Guide to Indonesian Social History. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde, 115(3), 232–248. https://doi.org/10.1163/22134379-90002236

Kuncorowati, P. W., Widihastuti, S., & Nurhayati, I. (2018). Usaha perantau Minangkabau di Kota Yogyakarta dalam membina hubungan dengan kerabat asal. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 15(1), 26–36. https://doi.org/10.21831/jc.v15i1.16087

Kuntowijoyo. (2004). Sejarah / Sastra. Humaniora, 16(1), 17–26. https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jh.803

Labrousse, P. (1982). Le Tombeau de “Sitti Nurbaya”. Essai de lecture sociale. Archipel, 23(1). https://doi.org/10.3406/arch.1982.1731

Lionar, U., Mulyana, A., & Yulifar, L. (2020). Plakat Panjang Hingga Perang Kamang: Gerakan Rakyat Minangkabau Menentang Pajak Kolonial Belanda. Historis : Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5(2).

Masyitah, M., Ibrahim, B., & Melay, R. (2019). Peristiwa Perang Kamang Tahun 1908 (Gerakan Rakyat Kamang Terhadap Belanda). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 6(1).

Mulyani, Y. (2010). Nasionalisme dalam Siti Nurbaya Karya Marah Rusli. Jurnal Sosioteknologi, 9(19). Retrieved from https://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/article/view/1042

Nashir, H. (2008). Purifikasi Islam dalam Gerakan Padri di Minangkabau. Unisia, 31(69). https://doi.org/10.20885/unisia.vol31.iss69.art1

Purwanto, B. (2001). Historisisme Baru dan Kesadaran Dekonstruktif: Kajian Kritis Terhadap Historiografi Indonesiasentris. Humaniora, 13(1). Retrieved from https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/709

Putra, Y. S. (2010). Politik Pencitraan dan Polemik Sosial-Politik Minangkabau dalam Perspektif Karya Sastra. Jurnal Elektronik WACANA ETNIK, 1(2). https://doi.org/10.25077/we.v1.i2.60

Radjab, M. (1969). Sistem Kekerabatan di Minangkabau. Padang: Center for Minangkabau Studies.

Ricklefs, M. C. (2011). Sejarah Indonesia Modern (D. Hardjowidjono, ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Roesli, M. (2011). Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) (Empat Puluh Tujuh). Jakarta: Balai Pustaka.

Sanusi, I. (2018). Kolonialisme dalam Pusaran Konflik Pembaharuan Islam: Menelususri Keterlibatan dan Peran Belanda dalam Keberlangsungan Konflik yang Terjadi di Minangkabau. Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama Dan Humaniora, 22(1). https://doi.org/10.37108/tabuah.v22i1.18

Stark, A., & Huszka, B. (2022). 100 Years Sitti Nurbaya: A View on the Social Criticism in the Novel Sitti Nurbaya. Asian Culture and History, 14(1), 67. https://doi.org/10.5539/ach.v14n1p67

Teeuw, A. (1967). Modern Indonesian Literature. https://doi.org/10.1007/978-94-015-0768-4

Tickell, P. (2008). Cinta di Masa Kolonialisme: Ras dan Percintaan dalam Sebuah Novel Indonesia Awal. In K. Foulcher, T. Day, & K. S. Toer (Eds.), Sastra Indonesia Modern: Kritik Postkolonial (Rev Clearing a Space). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Published

2023-02-10

How to Cite

Zuhroh, F., Nada, A. Q., Taufiqoh, F. U., Lutfiyah, S. K. ., Husna, S. A. ., & Khodafi, M. (2023). Perlawanan Tak Kunjung Padam: Adat, Agama, dan Resistensi Terhadap Kolonial dalam Sitti Nurbaya . SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 4(2), 80–93. https://doi.org/10.15642/suluk.2022.4.2.80-93

Issue

Section

Articles